MAN 2 CIREBON

Jalan Merdeka No. 1 Desa Babakan Ciwaringin Cirebon.

MBD

Wisata ziarah di Situ Lengkong Panjalu.

BDK BANDUNG

DIKLAT GURU FIQIH.

MBD

PRAKTIKUM MBD 2 Desa Mekarraharja 2019.

Senin, 23 September 2019

DOA SHOLAT DHUHA DAN ISTIKHARAH

 



Doa sholat dhuha:

اَللهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقَى فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ

Doa Shalat Istikharah

اَللّٰهُمَّ اِنِّى اَسْتَخِيْرُكَ بِعِلْمِكَ وَاَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَاَسْئَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ. فَاِنَّكَ تَقْدِرُ وَلَآاَقْدِرُ وَلَآاَعْلَمُ وَاَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوْبِ. اَللّٰهُمَّ اِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ اَنَّ هَذَااْلاَمْرَ (…) خَيْرٌلِّىْ فِىْ دِيْنِىْ وَمَعَاشِىْ فَاقْدُرْهُ لِىْ وَيَسِّرْهُ لِىْ ثُمَّ بَارِكْ لِىْ فِيْهِ وَاِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ اَنَّ هذَااْلاَمْرَشَرٌّلِّىْ فِىْ دِيْنِىْ
وَمَعَاشِىْ وَعَاقِبَةِ اَمْرِىْ وَعَاجِلِهِ وَآجِلِهِ فَاصْرِفْهُ عَنِّىْ وَاصْرِفْنِيْ عَنْهُ وَاقْدُرْهُ لِيَ الْخَيْرَحَيْثُ كَانَ ثُمَّ رَضِّنِىْ بِهِ

Doa Setelah Sholat Hajat
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْحَلِيْمُ الْكَرِيْمُ سُبْحَانَ اللهِ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ .اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَسْأَلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالْعِصْمَةَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ وَّالْغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَّالسَّلاَمَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ لَاتَدَعْ لِيْ ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ وَلاَ حَاجَةً هِيَ لَكَ رِضًا إِلاَّ قَضَيْتَهَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Senin, 16 September 2019

UTS FIQIH


Waktu Pengerjaan: 35:00 menit!

Minggu, 15 September 2019

VCT BATCH 6 JABAR


Dalam pelatihan ini kita akan belajar banyak hal, beberapa materi yang diajarkan adalah sebagai berikut:
  1. Teknik Rekrutmen Peserta Secara Online, flyer digital, dan presensi online
  2. Teknik menulis narasi kegiatan yang menarik
  3. Mengkreasi dan mengelola room webex
  4. Teknik menjadi presenter, host dan moderator secara online
  5. Presentasi online
  6. Berkreasi dengan QR Code
  7. Merekam dan mengupload kegiatan pelatihan ke youtube
Latar Belakang Terbentuknya VCT
  1. Tantangan Revolusi Industri 4.0, Indonesia khususnya di Bidang Pendidikan harus siap.
  2. Diperlukan sharing pengetahuan yang lebih luas jangkauannya.
  3. Kanal vicon di Indonesia (Seminar Online Selasaan dan Sarasehan dalam jaringan) belum mencukupi.
Hak Peserta
  1. Mendapatkan sertifikat internasional sebagai Peserta Virtual Coordinator Training dari SEAMEO secretariat Setara 39 JP yang dapat dipakai untuk Angka Kredit.
  2. Jika Lulus dan mendapat sertifikat maka secara langsung bapak/Ibu adalah menjadi Virtual Coordinator Training di Lingkungan Bapak/Ibu, bisa di daerah, Kab/Kota, Provinsi atau minimal di lingkungan instansi bapak Ibu Bekerja.
  3. Di rekomendasikan menjadi Instruktur Untuk Pelatihan tahap berikutnya.
Kewajiban Peserta
  1. Menjadi Narasumber sebanyak 2 kali dengan materi bebas (yang paling dikuasai)
  2. Menjadi Host sebanyak 2 kali
  3. Menjadi Moderator sebanyak 2 kali
  4. Membuat Flyer
  5. Narasi Flyer
  6. Memendekkan Link/url
  7. Membuat QR Code
  8. Membuat Daftar Hadir Online
  9. Membuat Rekaman Vicon
  10. Mengunggah Rekaman Vicon ke akun youtube masing-masing
  11. Menjadi Peserta sebanyak minimal 6 kali
  12. Mengumpulkan resume (jika dibutuhkan/sesuai kesepakatan)
Apa syarat mengikuti kegiatan pelatihan VCT?
  1. Guru dari jenjang PAUD, SD, SMP, SMA/K, SLB atau sederajat, perguruan tinggi atau masyarakat umum yang memiliki ketertarikan terhadap Virtual Coordinator
  2. Memiliki kemampuan dasar komputer (Ms. Office)
  3. Memiliki jaringan internet yang memadai
  4. Melakukan pendaftaran secara online
  5. Memiliki nomor Whatsapp yang aktif
  6. Memiliki komitmen tinggi untuk mengikuti pelatihan

Selasa, 10 September 2019

Tahapan dalam Pengharaman Khamar

Proses pengharaman khamr, meski di Lauh Mahfuz sudah ada ayat yang menyebutkan pengharaman Khamr seperti ayat 91 dari surat Al-Maidah, tetapi ayat yang turun ( diwahyukan ) tentang pengharaman khamr beangsur-angsur, seperti berikut : Ayat-ayat yang turun berkenaan dengan proses pengharaman khamr yaitu : 1. Surat An-Nahl : 67 وَمِن ثَمَرَاتِ النَّخِيلِ وَالأَعْنَابِ تَتَّخِذُونَ مِنْهُ سَكَراً وَرِزْقاً حَسَناً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ Artinya : “Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minimuman yang memabukkan dan rezki yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan.” Dalam ayat ini Allah SWT hanya baru memberi signal bahwa Allah telah memberi karunia kepada manusia berupa dua jenis pohon, yaitu kurma dan anggur. Dari kedua pohon tersebut akan bisa menghasilkan : 1) Minuman keras yang memabukkan dan dapat menghilangkan akal. 2) Rizki yang baik yang bermanfaat buat kehidupan manusia. Dari sini belum ada hukum mengharamkan khamr, hanya signal bahwa dari tumbuhan anggur, bisa dijadikan bahan untuk mabuk, tapi bisa juga dijadikan bahan yang bermanfaat. 2. Surat Baqarah : 219 يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِن نَّفْعِهِمَا ﻭﻳﺳـﻟﻭ ﻧﻙ ﻣﺎﺫﺍ ﻳﻧﻔﻗﻭﻥ ۗ ﻗﻝﺍﻟﻌﻓﻭۗ ﻛﺫﻟﻙ ﻳﺑﻳﻥﺍﷲﻟﻛﻡﺍﻻﻳﺕ ﻟﻌﻟﻛﻡ ﺗﺗﻓﻛﺭﻭﻥ Artinya : “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfa'at bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfa'atnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " Yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.” Dalam kitab Asbaabun Nuzuul menyatakan suatu riwayat bahwa : “ketika Rasulullah SAW datang ke Madinah, beliau mendapati kaumnya suka minum arak dan makan hasil judi. Mereka bertanya kepada Rasulullah SAW tentang hal itu, maka turunlah ayat Q.S Al-Baqarah : 219, Mereka berkata: “ Tidak diharamkan kepada kita, minum arak hanyalah dosa besar”, mereka pun terus minum arak. Disini mulai mengarah kepada Khamr, bahwa khamr itu ada manfaatnya ( kalau diminum ) tetapi kerugiannya lebih besar. Dari ayat ini Allah baru menunjukkan Kerugiannya. 3. Surat an-Nisaa' : 43 ﻳـﺎﻳﻬﺎﺍﻟﺫﻳﻥ ﺍﻣﻧﻭﺍﻻﺗﻗﺭﺑﻭﺍﺍﻟﺻﻟﻭﺓ ﻭﺍﻧﺗﻡ ﺳﻛﺎﺭﻯ ﺣﺗﻰ ﺗﻌﻟﻣﻭﺍ ﻣﺎﺗﻗﻭﻟﻭﻥ ﻭﻻﺟﻧﺑﺎ ﺍﻻﻋﺎﺑﺭﻱ ﺳﺑﻳﻝ ﺣﺗﻰ ﺗﻐﺗﺳﻟﻭﺍ ۗ ﻭﺍﻥﻛﻧﺗﻡ ﻣﺭﺿﻰﺍﻭﻋﻟﻰﺳﻓﺭﺍﻭﺟﺎﺀﺍﺣﺩ ﻣﻧﻛﻡ ﻣﻥﺍﻟﻐﺎﺋﻁ ﺍﻭﻟﻣﺳﺗﻡﺍﻟﻧﺳﺎﺀ ﻓﻟﻡ ﺗﺟﺩﻭﺍﻣﺂﺀ ﻓﺗﻳﻣﻣﻭﺍﺻﻌﻳﺩﺍﻁﻳﺑﺎﻓﺎﻣﺳﺣﻭﺍﺑﻭﺟﻭﻫﻛﻡ ﻭﺍﻳﺩﻳﻛﻡ ۗ ﺍﻥﺍﺍﷲﻛﺎﻥ ﻋﻓﻭﺍﻏﻓﻭﺭﺍ Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub , terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci). sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun.” Dalam kitab Asbaabun Nuzuul menyatakan suatu riwayat bahwa : ‘Abdurrahman bin ‘Auf pernah mengundang makan Ali dan kawan-kawannya. Kemudian dihidangkan minuman khamr (arak/minuman keras), sehingga terganggulah otak mereka. Ketika tiba waktu sholat, orang-orang menyuruh Ali menjadi imam, dan waktu itu beliau membaca dengan keliru, “Qulyaa ayyuhhal kaafiruun, laa a’budu maa ta’buduun, wa nahnu na’budu maa ta’budun” (katakanlah: “Hai orang-orang kafir; aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah; dan kami akan menyembah apa yang kamu sembah). Maka turunlah ayat Q.S An-Nisaa : 43 sebagai larangan sholat dalam keadaan mabuk. Disini sudah menyebut bahwa minum khamr dilarang, tetapi hanya pada saat mau melakukan Sholat. Jadi sudah mulai ada pelarangan, tetapi masih dalam uji coba atau temporary. 4. Surat Al –Maidah : 90 ﻳـﺎﻳﻬﺎﺍﻟﺫﻳﻥ ﺍﻣﻧﻧﻭﺍﺍﻧﻣﺎﺍﻟﺧﻣﺭﻭﺍﻟﻣﻳﺳﺭﻭﺍﻻﻧﺻﺎﺏﻭﺍﻻﺯﻻﻡ ﺭﺟﺱ ﻣﻥﻋﻣﻝ ﺍﻟﺷﻳﻁﻥ ﻓﺎﺟﺗﻧﺑﻭﻩﻟﻌﻟﻛﻡ ﺗﻓﻟﺣﻭﻥ Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah , adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” Disini sudah menyebut bahwa minum khamr dilarang dan menyatakan meminum Khmar termasuk perbuatan syetan. Dan juga menyatakan dengan menjauhi khmar akan mendapatkan keberuntungan baik di dunia maupun di akhirat. 5. Surat Al –Maidah : 91 إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَن يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاء فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَن ذِكْرِ اللّهِ وَعَنِ الصَّلاَةِ فَهَلْ أَنتُم مُّنتَهُونَ Artinya : “Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).

Rukhshoh

Safar (perjalanan jauh) merupakan sesuatu yang melelahkan fisik. Bahkan Rasul menyebutnya sebagai sepenggal dari adzab. Sebagimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; السَّفَرُ قِطْعَةٌ من الْعَذَابِ يَمْنَعُ أَحَدَكُمْ نَوْمَهُ وَطَعَامَهُ وَشَرَابَهُ فإذا قَضَى أحدكم نَهْمَتَهُ فَلْيُعَجِّلْ إلى أَهْلِهِ “Safar adalah bagian dari adzab (siksa). Ketika safar salah seorang dari kalian akan sulit makan, minum dan tidur. Jika urusannya telah selesai, bersegeralah kembali kepada keluarganya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Imam Nawawi rahimahullah berkata bahwa makna hadits tersebut adalah, “Seseorang terhalangi dari kelezatan dan kenikmataan makan, minum, dan tidurnya yang disebabkan oleh kesulitan, rasa letih, cuaca panas, dingin, rasa takut dan was-was serta perpisahan dengan keluarga dan kawan karib” (Syarh Shahih Muslim 13/70) Imam al-Juwaini rahimahullah pernah ditanya tentang sebab penyebutan safar sebagai potongan dari adzab, “karena musafir berpisah dengan orang-orang yang dicintainya”, jawabnya. Oleh karena itu ada beberapa keringanan (rukhshah) yang diberikan oleh syari’at kepada orang yang dalam perjalanan (musafir). Diantara rukshah tersebut adalah; 1. Meng-qashar Shalat Orang yang melakukan perjalanan mendapatkan keringanan untuk meng-qashar shalat. Yakni meringkas shalat yang empat raka’at menjadi dua raka’at. Keringanan meng-qashar shalat diterangkan oleh Allah dalam surah An-Nisa ayat 101; وَإِذَا ضَرَبْتُمْ فِي الْأَرْضِ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَن تَقْصُرُوا مِنَ الصَّلَاةِ إِنْ خِفْتُمْ أَن يَفْتِنَكُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu men-qashar shalat(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Ayat diatas adalah dalil dibolehkannya mengqashar shalat saat safar. Meski secara literal ayat tersebut mengaitkan safar dengan takut terhadap serangan orang kafir, namun kebolehan qashar saat safar berlaku umum karena ia merupakan rukshah dari Allah. Imam Muslim meriwayatkan bahwa Ya’la bin Umayyah pernah menanyakan ayat tersebut kepada Amirul Mu’minin Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu. “maka tidaklah mengapa kamu men-qashar shalat(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir”. Saat ini orang-orang telah merasa aman. Umar berkata, ‘Aku juga pernah heran seperti kamu. Tapi saya pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hal itu. Rasul menjawab; صَدَقَةٌ تَصَدَّقَ الله بها عَلَيْكُمْ فَاقْبَلُوا صَدَقَتَهُ “Itu adalah sedekah yang diberikan Allah kepadaa kalian, maka terimalah sedekahnya” (HR. Muslim) Oleh karena itu, meskipun safar yang dilakukan penuh dengan kemudahan dan kenyamanan, keringanan tersebut tetap berlaku. Bahkan hendaknya seseorang tetap mengambil keringanan itu. Karena itulah yang lebih afdhal dan lebih dicintai oleh Allah. Namun jika shalat (berma’mum) di belakang Imam muqim yang shalat sempurna (4 raka’at) Musafir wajib mengikuti Imam, sehingga ia tetap shalat sempurna. Hal ini berdasar pada dalil tentang kewajiban mengikuti Imam. 2. Menjama’ Shalat Selain qashar shalat, musafir juga mendapat keringanan dalam shalat berupa jama’. Yakni menggabungkan dua shalat menjadi satu yang dikerjakan pada satu waktu di awal atau di akhir. Shalat yang dijamak adalah shalat yang 3 dan 4 raka’at, yakni dzuhur-ashar dan magrib-isya. Dalil tentang jama’ diterangkan dalam hadits-hadits nabawi, diantaranya hadits Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma. Beliau berkata, “Aku pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika terburu-buru dalam perjalan, maka beliau mengakhirkan shalat maghrib dan menjama’ dengan shalat ‘isya” (Terj. HR. Bukhari & Muslim). Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa, “Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai perjalanan sebelum matahari tergelincir, beliau mengakhirkan shalat dzuhur pada waktu ‘ashar dan menjama’nya. Dan jika berangkat setelah tergelincir matahari, beliau shalat dzuhur terlebih dahulu kemudian berangkat” (Terj. HR. Bukhari & Muslim) Dalam hadits yang diriwayatkan Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, beliau menuturkan, “Kami keluar bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam –perjalanan- perang Tabuk. Saat itu beliau shalat dzuhur dan ‘ashr secara jama’ serta maghrib dan isya secara jama’ pula”. (Terj. HR. Muslim). 3. Tidak berpuasa Ramadhan Jika seseorang melakukan safar pda bulan Ramadhan, maka ia memperoleh keringanan untuk tidak berpuasa. Sebagai gantinya, ia mengqadha puasa yang ditinggalkan tersebut pada hari lain di luar Ramadhan sejumlah hari yang ditinggalkannya. Sebagaimana ditegaskan oleh Allah dalam surah al-Baqarah ayat 184; وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ [٢:١٨٥] maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma tentang berbukanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat safar. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan; أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ إِلَى مَكَّةَ فِي رَمَضَانَ فَصَامَ حَتَّى بَلَغَ الْكَدِيدَ أَفْطَرَ فَأَفْطَرَ النَّاسُ “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi menuju Makkah pada bulan Ramadhan dalam keadaan berpuasa. Ketika sampai di daerah Kadid, Beliau berbuka yang kemudian orang-orang turut pula berbuka. (HR. Bukhari) Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganggap, “memaksakan diri” tidak termasuk kebaikan (al-birr). Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berada dalam suatu perjalanan. Lalu beliau melihat orang-orang berdesak-desakan. Di sana ada seorang pria dinaungi orang-orang karena kelihatan lemah. “Ada apa dengannya?” tanya Rasul. “Ia sedang puasa”, jawab para sahabat. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; ليس من الْبِرِّ أَنْ تَصُومُوا في السَّفَرِ “Tidak termasuk kebaikan puasa saat safar” (HR. Muslim) Dalam riwayat lain; عَلَيْكُمْ بِرُخْصَةِ اللَّهِ الذي رَخَّصَ لَكُمْ “Hendaknya kalian mengambil rukhshah yang diberikan Allah kepada kalian” Namun jika musafir berpuasa, maka puasanya tetap sah, dan tidak berkewajiban mengqadha. Bahkan sebagian Ulama berpendapat bahwa jika seseorang memperoleh kemudahan dalam safarnya, maka yang afdhal baginya adalah tetap berpuasa. Karena hal itu lebih cepat melepaskan bebannya. Selain itu hadits lain dijelaskan bahwa Rasulullah kadang berpuasa saat safar, dan kadang pula tidak berpuasa. Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada saat safar terkadang berpuasa dan kadang berbuka. Maka siapa yang ingin tetap berpuasa, dipersilahkan. Dan siapa yang ingin berbuka juga dipersilahkan”. (HR. Bukhari)

Senin, 09 September 2019

Ayat alquran tentang muamalah

1. Jual Beli Ayat alquran tentang muamalah sangat banyak penjelasannya di dalam alquran. Bahkan dalam penjelasannya, sampai dijelaskan secara detail baik itu cara dalam jual beli nya, etika dalam jual belinya dan sampai tidak sah nya sebuah jual beli. Sehingga memang bagi seorang muslim, haruslah senantiasa melihat dan mentadaburi makna dari ayat jual beli. Ketika seorang muslim memahami dan memaknai ayat – ayat tentang jual beli ini niscaya tindakan penipuan, pemalsuan barang yang dijual akan dapat dihindari. Sehingga dari kedua belah pihak akan merasa diuntungkan satu dengan yang lainnya. Inilah mengapa dari setiap aktifitas seorang muslim, dijelaskan secara detail tujuannya ialah agar berlaku baik dan benar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا “Dan Allah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba”. [al Baqarah : 275]. 2. Sewa Menyewa Aktifitas yang sering dilakukan seorang muslim yaitu sewa menyewa akan barang dan jasa. Yang mana masih ada banyak perilaku yang kurang baik dan benar pada proses ini, sehingga memang harus ditanamankan jiwa dan perilaku yang mencerminkan sesuai yang ada pada alquran. Kita ketahui bersama jika sewa menyewa ini haruslah ada akad dan haruslah ada tulis menulis, sehingga ada bukti sah dari kedua belah pihak. Saat ini yang sering terjadi ialah kurangnya dokumentasi sehingga terjadi berbagai permasalahan pada proses sewa menyewa. Padahal dalam alquran telah diterangkan secara detail tentang transaksi sewa menyewa ini. 3. Ju’alah/hadiah (sayembara) dan penjaminan: … وَلِمَنْ جَاءَ بِهِ حِمْلُ بَعِيرٍ وَأَنَا بِهِ زَعِيمٌ (يوسف: 72) “… dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya.” (Yusuf: 72) 4. Pembukuan utang-piutang: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهُ … (البقرة: 282) “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai (seperti berjualbeli, utang–piutang, sewa menyewa dan sebagainya) untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya…” (Al-Baqarah: 282)